Strategi Doesoen Kopi Sirap agar Mendunia

Semarang: Aroma kopi robusta yang baru saja disangrai sangat terasa sejak masuk di kawasan Dosoen Kopi Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kopi khas lereng Gunung Kelir itu diseduh barista lokal terampil.

September-November pada tahun ini jadi waktu istimewa untuk berada kebun kopi yang berada ketinggian 800-1.000 meter di atas permukaan laut. Selain menyeruput secangkir kopi, menikmati proses panen raya yang tengah dilakukan Kelompok Tani Rahayu IV, warga setempat, juga menarik untuk dinikmati.

Suasana ini bisa dinikmati wisatawan secara gratis untuk melihat pemetikan buah kopi yang telah matang berwarna merah. Jalur pendakian yang tak begitu curam bisa dilalui mengitari kebun kopi kualitas terbaik seluas 35 hektare (ha).

Kepala Doesoen Kopi Sirap Achmad Rofii memastikan warganya bakal terus meningkatkan produksi kopi berkualitas mulai dari penanaman hingga proses pascapanen. Kawasan yang telah dijadikan agrowisata ini juga bisa jadi alternatif destinasi pilihan saat berkunjung ke Jawa Tengah. Saat ini, dari lahan yang tersedia bisa menghasilkan 1.200 ton kopi per tahun.

“Harapan kami wilayah ini jadi destinasi kopi lokal maupun internasional sehingga muncul kemandirian di masyarakat,” kata Rofii saat menerima donasi pengembangan desa binaan PT BCA, di kebun kopi Sirap, Semarang, Jawa Tengah, Minggu, 8 September 2019.

Dorongan untuk terus meningkatkan potensi sumber daya manusia dan kekayaan alam ini penting agar warga terutama pemuda ikut bersemangat bertani kopi. Kehadiran gerai kopi pun telah dimanfaatkan untuk sarana berbagi informasi tentang penanaman dan pengolahan kopi.

“Destinasi wisata baru tidak bisa ujug-ujug berhasil, target kami belum puncak, ini mungkin baru 30 persen,” ungkapnya.

Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo menuturkan Doesoen Sirap dibantu mengingat potensi budaya maupun ekonomi yang belum terasah. Harapannya, kampung yang hanya dihuni 80 KK ini bisa fokus mengolah kebunnya agar terus berkembang secara berkelanjutan.

“Desa ini punya potensi besar dan BCA punya pengalaman kembangkan desa wisata di mana-mana seperti di Goa Pindul,” ungkapnya.

Pengembangan kopi yang berstandar kualitas tinggi diproyeksikan akan berujung pada dikenalnya brand kopi Dusun Sirap hingga ke level mancanegara. Selain penghasilan dari kopi, warga juga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari wisatawan yang datang berkunjung.

“Jangan sampai nanti lebih banyak bangunan daripada kebunnya dan aura kopi sirap akan berkurang, lahan kosong masih banyak ayo sama-sama tanam kopi,” ungkap ekonom senior ini.

Dalam kesempatan yang sama, Co-Founder Kopisob Reza Adam Ferdian mengatakan kopi robusta Dusun Sirap dengan harga biji Rp21 ribu per kilogram masih masih dalam kelompok menengah ke bawah. Oleh karena itu dia meminta standar proses pasca panen untuk diperhatikan agar bisa meningkatkan level kualitas dan harga jual kopi bagi penikmatnya.

“Nilai tertinggi robusta terbaik bisa sampai Rp110 ribu per kilo dan itu ada di Bali. Kopi di sini saya dapatkan rasa kacang dan karamel itu jarang di robusta, juga ada rasa unik sedikit rasa kayu pinus karena unsur rasa hara tanah yang ikut terbawa,” ucap barista profesional ini.

Saat diolah dengan baik, kopi Sirap juga mengeluarkan sensasi menenangkan suasana yang pas berdampingan dengan agrowisata. Meskipun saat ini masih diolah secara sederhana, lidah barista profesional tetap bisa menikmati rasa akhir kopi asli yang bersih.

“Kopi dengan tema hutan arahnya ke relaxing, ada sedikit rasa jeruk lokal dan brown sugar berpadu dengan palm sugar,” ujarnya.


Sumber : medcom.id
Penulis : Ilham Wibowo

Lokasi

Dusun Sirap, Desa Kelurahan, Jambu Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia

Phone

081325113302

Email

gendissoeharjo@gmail.com